Budaya Makanan

Kenapa Orang Jawa Cenderung Suka Makanan Manis?


Siapa sih diantara kalian yan enggak suka makanan manis? Pasti kebanyakan dari kita yang suka makanan manis. Entah itu permen, biskuit, kue, roti, teh dalam kemasan, jus dalam kemasan ataupun susu dalam kemasan. Hasil survei membuktikan bahwa orang Indonesia cenderung menyukai makanan dan minuman yang manis, yaitu sebesar 53, 1%.  Enggak hanya makanan manis saja, ternyata orang Indonesia cenderung mengonsumsi makanan berlemak juga loh, yaitu sebesar 40,7%. Proporsi konsumsinya ini tidak seimbang dengan orang yang mengonsumsi buah dan sayur yang hanya 6,5%. Pantas saja banyak orang Indonesia yang terkena penyakit diabetes. Heheheheehe.........


Jadi kenapa sih orang Indonesia termasuk kita juga bisa suka makanan dan minuman manis? Hemm... Menurutku kemungkinan besar sih karena budaya dan lingkungan sosial kita memberikan pengaruh besar terhadap gaya dan perilaku konsumsi kita.

Indonesia terdiri dari berbagai macam suku yang ada dari Sabang sampai Merauke. Namun jumlah proporsi suku di Indonesia tidak merata. Lima kelompok suku dengan jumlah penduduk terbanyak adalah suku Jawa (95,2 juta jiwa), suku Sunda (36,7 juta jiwa), suku Batak (8,5 juta jiwa), suku yang  ada di Sulawesi dan suku Madura. Budaya di Indonesia sangat didominasi oleh budaya Jawa karena banyaknya orang Indonesia bersuku Jawa. Orang Jawa cenderung suka makan manis, dapat mempengaruhi orang yang dari budaya lain sehingga orang budaya tersebut suka makanan manis juga.  



Makanan manis berarti terbuat dari gula yang cukup banyak. Gula itu sendiri dianggap sangat berarti bagi masyarakat Jawa. Bahkan sampe ada lagu tentang gula juga dalam budaya Jawa lho. Judulnya “Dhandhanggula yang merupakan lagu ciptaan Sunan Kalijaga. Itu lirik lagunya...

Dhandhanggula
Werdining kang wasita jinarwi,
wruh ing kukum iku watekira,
adoh marang kanistane.
pamicara puniku,
weh resepe ingkang mijarsi.
tatakrama punika,
ngedohken panyendu. 
kagunan iku kinarya,
ngupa boga dene kalakuan becik,
weh rahayuning raga.


Filosofi Jawa tentang gula adalah “Ada gula ada semut”, yang menggambarkan adanya daya tarik yang mengundang banyak orang datang berbondong-bondong. Seperti banyaknya orang pindah dari desa ke kota, karena banyaknya peluang dan harapan yang manis. Gula diolah menjadi berbagaai macam makanan khas Jawa. 

Komentar

Postingan Populer