Keracunan Makanan
Seringkali kita dengar kasus orang yang tekena keracunan makanan. Loh kok bisa yaa?? Nah ternyata keracunan makanan terjadi karena jenis bakteri atau patogen tertentu yang dapat membawa penyakit sehingga menyebabkan si pengonsumsi terkena penyakit keracunan makanan yang sering disebut dengan ”foodborne disease”. Beberapa bakteri seperti Campylobacter, Salmonella, Escherichia coli (E. coli) dan Listeria yang biasanya menyebabkan keracunan makanan. Cara menghindari keracunan adalah dengan memanaskan makanan untuk melenyapkan si patogen. Namun, sayangnya, beberapa bakteri penyebab keracunan makanan seperti Bacillus cereus tidak dapat dilenyapkan melalui proses pemasakan. Penyakit keracunan makanan dapat berujung serius atau bahkan fatal.
Salah satu kasus keracunan makanan terjadi pada tahun 2012 lalu di Desa Cipambuan Kecamatan Babakan Madang. Kasus ini menelan 5 orang korban, yaitu ibu dengan tiga anak dan seorang keponakannya. Identitas korban adalah Maryam, berumur 40 tahun, Cinta,berumur 10, Saniya berumur 8, Rifal berumur 2 dan Ratna berumur 8. Diawali dengan Maryam membeli ikan sarden dalam kemasan kaleng di dari warung di sekitar rumah Beliau membeli ikan sarden kalengan tersebut tanpa melihat tanggal kadaluarsa sehingga korban tidak mengetahui ikan tersebut masih layak dikonsumsi atau tidak.
Setelah sampai di rumah, Maryam langsung memasak ikan sarden untuk disantap. Sehabis itu, para korban menyantap masakan yang dibuat Maryam. Setelah beberapa saat kemudian, para korban mengalami rasa mual, kepala pusing dan muntah-muntah. Tak lama kemudian, suami korban sampai di rumah sehabis kerja dan melihat para korban sudah terkapar hampir tak berdaya. Kemudian suami beliau membawa para korban ke klinik terdekat.
Jika sudah terkena keracunan makanan, maka perlu melakukan penanganan keracunan makanan, yaitu dengan cara mengendalikan mual dan muntah; minum banyak cairan, seperi air hangat, madu hangat, oralit atau air rebusan biji jinten; menghindari minum obat anti mual, alkohol dan minuman berkafein; beristirahat; pemberian cairan intravena; mengkonsumsi antibiotik; jika kondisi korban tidak membaik, maka sebaiknya korban dibawa saja ke dokter karena bisa jadi efek keracunan sudah parah.
Kalau kata orang-orang mencegah lebih baik daripada mengobati. Nah, untuk mencegahnya, sebagai konsumen seharusnya memerhatikan tanda-tanda kebusukan pada makanan kaleng ketika hendak membelinya. Berikut ini tanda-tanda kebusukan yang dapat diliat dari penampakan kaleng yang cenderung menggembung, basah atau label yang luntur; penampakan produk yang menimbulkan bau yang menyimpang;p roduk sudah hancur dan berwarna pucat; dan keruh atau tanda-tanda abnormal lain pada produk cair. Sebagai produsen, PIRT harus menerapkan aspek-aspek GMP untuk mengurangi kejadian seperti ini.
Sekian dan Terimakasih semoga tulisan ini dapat bermanfaat yaa.
Sekian dan Terimakasih semoga tulisan ini dapat bermanfaat yaa.
Komentar
Posting Komentar